Konsepsi Islam
Tentang Faktor-Faktor Pendidikan
Dalam
melaksanakan pendidikan, peran pendidik sangatlah penting. Pendidik adalah
orang yang bertanggung jawab dan menentukan arah suatu pendidikan sehingga
terangkat derajat kemanusiaanya yang sesuai dengan kemampuan dasar yang
dimiliki oleh manusia.[1]
Itulah sebabnya islam sangat menghargai kedudukan orang yang berilmu
pengetahuan yang bertugas sebagai para pendidik. Dalam islam, kedudukan para
pendidik memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak
berilmu pengetahuan. Penghormatan dan penghargaan yang diberikan islam pada
orang yang berilmu terdapat dalam surat al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ وَ اللَّهُ
بِما تَعْمَلُونَ خَبيرٌ
“Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ; Dan
Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui.” (Q.S
al-Mujadalah:11)
Tetapi orang-orang yang berilmu yang
tidak mengajarkan atau menyampaikan ilmunya kepada orang lain akan mendapat
ancaman berat dari Allah Swt . hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw:
“barang
siapa yang diajari suatu ilmu lalu di menyembunyikannya, maka Allah akan
mengekangnya pada hari kiamat dengan kekangan api neraka”. (H.R Abu Dawud
dan Tarmidzi dan Ibn Hibban dari Abi Hurairah)
Al-Qalqasyandi seorang pendidik
islam pada zaman khalifah Fathimiyah di Mesir mengajukan beberapa syarat bagi
pendidik islam,[2]
yaitu:
a)
Syarat
fisik meliputi:
1.
Bagus
badannya,
2.
Manis
muka atau berseri-seri,
3.
Lebar
dahinya,
4.
Dahinya
terbuka dari rambutnya (bersih).
b)
Syarat
psikis meliputi:
1.
Berakal
(sehat akalnya),
2.
Tajam
pemahamannya,
3.
Hatinya
beradab,
4.
Adil,
5.
Bersifat
perwira,
6.
Lurus
dada,
7.
Bila
berbicara artinya lebih dahulu terbayang dalam hatinya,
8.
Perkataannya
jelas, dan mudah dipahami dan berhubungan antara satu dengan yang lain,
9.
Menggunakan
perkataan yang baik dan mulia,
10.
Menjauhi
sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tak jelas.
Dengan pendapat tersebut, menunjukan bahwa betapa beratnya tugas
seorang pendidik dalam pandangan islam. Persyaratan tersebut tidak lain
bertujuan agar para pendidik dalam memberikan pendidikan kepada peserta
didiknya tidak merugikan pertumbuhan jiwa anak didik dan merugikan agama.
Secara tidak langsung hal tersebut dapat dimengerti bahwa para pendidik
mempunyai pengaruh yang besar bagi para peserta didiknya. Sebagian besar
pertumbuhan dan perkembangan intelektual peserta didik di pengaruhi oleh
pendidik.
C.
JENIS-JENIS PENDIDIK
Pendidik
dalam islam dibagi menjadi beberapa macam,[3]
yaitu:
1.
Allah SWT
Dari
berbagai ayat al-qur’an yang membicarakan tentang Allah sebagai pendidik dapat
dipahami dalam firman-firmannya yang dituturkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa Allah
memiliki pengetahuan yang luas. Adapun ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan
tentang hal ini adalah diantaranya sebagai berikut:
. بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
(Q.S. al-Fatihah ayat 1)
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ
عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن
كُنتُمْ صَادِقِين
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!”( QS Al Baqarah : 31 )
Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
“Tuhanku telah adabani (mendidik)ku sehingga
menjadi baik pendidikan” (H.R. al-Asyhari).
2.
Nabi
Muhammad SAW
Nabi
sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai pendidik (mualim). Nabi sebagai
penerima wahyu al-qur’an yang bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk kepada
seluruh umat manusia. Hal ini beliau lakukan dengan tujuan agar umat manusia
terentaskan dari zaman jahiliyah (zaman kabodohan). Hal ini pada intinya
menegaskan bahwa kedudukan nabi sebagai pendidik yang ditunjuk langsung oleh
Allah SWT. Allah Swt berfirman dalam
surat al Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi
orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan hari akhir dan dia banyak
mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)
3.
Orang
Tua
Orang tua berperan sebagai pendidik di
lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena pada awal anak-anak mengenal
pendidikan adalah dari kedua orang tuanya. Dari merekalah anak-anak banyak
belajar pendidikan, dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup,
dan lain sebagainya.
4.
Guru
Guru
adalah pendidik dalam lingkungan formal (sekolah). Guru berfungsi untuk
mengembangkan kecerdasan intelektual peserta didiknya dalam aspek psikomotor.
Kecerdasan psikomotor adalah kecerdasan dalam hal tingkah laku, adab, dan
kecerdasan intelektual. Kecerdasan psikomotor adalah gabungan dari kecerdasan
advektif dan kognitif (kecerdasan tingkah laku dan kecerdasan intelektual).
D. TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN HAK PENDIDIK
1. Tugas Pendidik
1. Sebagai
pengajar (intruksional), merencanakan program pengajaran dan melaksanakan
program yang telah disusun dan melakukan penilaian setelah dilakukannya program
tersebut.
2. Sebagai
pendidik (edukator), mengarahkan peserta didik kepada tingkat kedewasaan yang
berkepribadian insan kamil (manusia yang memiliki wajah qur’ani, religius,
budaya, dan ilmiah.
3. Sebagai
pemimpin (managerial), memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik,
dan masyarakat. Menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengontrolan, partisipasi atas program yang telah dilakukan.
2. Tanggung Jawab Pendidik
§ Mendidik
individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariat-Nya,
§ Mendidik
diri agar beramal sholeh, berperilaku baik, dan saling menasihati,
§ Saling
menasihati agar tabah dalam menghadapi kesusahan beribadah kepada Allah Swt,
dalam menghadapi kenyataan hidup.
3. Hak Pendidik
Pendidik
adalah mereka yang terlibat langsung dalam membina, mengarahkan, mendidik
peserta didik, waktu dan kesempatannya dikerahkan untuk mentrasformasi ilmu dan
mengintralisasi nilai termasuk pembinaan akhlak dan kecerdasan intelektual.
Adapun hak-hak pendidik adalah sebagai berikut:
1. Gaji,
sebagai bentuk rasa terima kasih atas apa yang telah mereka berikan,
2. Mendapat
penghargaan, berupa penghormatan karena guru adalah abu al-ruh (bapak
ruh) yaitu yang memperbaiki tingkah laku dan rohani bagi peserta didik.
D. KONSEPSI ISLAM TENTANG ANAK
Pendidikan
adalah bimbinan dan pertolonan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada
anak didik sesuai dengan perkembanaan dan pertumbuhan jasmani dan rohani
peserta didik untuk menuju ke arah kedewasaan.
Dalam
hal ini peranan orang tua sangat penting untuk menanamkan pandangan hidup
keagamaan terhadap anak didiknya. Dasar-dasar pendidikan agama sudah harus
ditanamkan sejak dini, karena kalau tidak seperti itu akan mengalami kesulitan
kelak untuk mencapai tujuan pendidikan yang diberikan pada masa dewasa. Dalam
hal ini setiap peserta didik mempunyai potensi yang harus dikembangkan secara
dinamis.[4] Oleh
karena itu, agar seoran pendidik berhasil dalam mendidik, maka ia harus
memahami peserta didik dengan segala karakter yang didmiliki oleh peserta didik.
Diantar aspek yan harus dipahami oleh pendidik yaitu: (1) kebutuhannya, (2)
dimensi-dimensinya, (3) intelegensinya, (4) kepribadiannya. Adapun kebutuhan
peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisik
Kebutuhan
fisik peserta didik meliputi kebutuhan biologis, yaitu berupa makan, minim,
istirahat, dan lain sebagainya. Disamping pendidik memperhatikan pertumbuhan
fisik peserta didik, pendidik juga harus dapat memberikan informasi yang
memadai tentang pertumbuhan melalui berbagai kegiatan bimbingan seperti
bimbingan pribadi atau kelompok. Informasi ini sangat diperlukan terutama bai
peserta didik yan berada pada masa pubertas.
2. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan
sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta
didik dapat berinteraksi secara wajar dan diterima oleh masyarakat maupun
lingkungan. Pendidkan ini diberikan dengan bertujuan agar peserta didik dapat
diterima di lingkungan masyarakat.
3. Kebutuhan untuk Berfilsafat Hidup (agama)
Peserta didik pada usia remaja mulai tertarik
untuk menetahui tentan nilai-nilai ideal dan kebenaran. Mereka mempunyai
keinginan untuk menetahui tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Oleh karena
itu, mereka membutuhkan pengetahuan yang jelas, sehingga dapat dijadikan
sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan agama karena
kebenaran dan nilai-nilai ideal itu hanya akan ditemukan di dalam agama.
Adapun dimensi-dimensi
peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Dimensi Fisik (jasmani)
Pada dasarnya
penciptaan manusia sama dengan penciptaan hewan ataupun tumbuhan sebab semuanya
termasuk dari bagian alam. Namun yang membedakan antara manusia dengan makhluk
yang lain adalah akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran manusia dapat
membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah Swt berfirman dalam surat
at-Tin ayat 4:
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya”. (at-Tin : 4).
2. Dimensi Akal
Al-ishfahami membagi
akal manusia menjadi dua macam, yaitu:
a. Aql al-Mathhu’, yaitu
akal merupakan pancaran dari Allah sebagi fitrah ilahi. Akal ini memduduki
posisi yang sangat tinggi, namun demikian akal inin tidak akan bisa berkembang
dengan baik apabila tidak dibarengi dengan kekuatan akal lainnya, yaitu aql
al-masmu’.
b. Aql al-Masmu’, yaitu
akal yang merupakan kemampuan menerima yang dapat dikembangkan oleh manusia.
Akal ini bersifat aktif dan berkembang sebatas kemampuan yang dimiliki oleh
orang tersebut. Sedangkan fungsi akal bagi manusia adalah sebagai petunjuk yang
dapat membedakan antara hidayah dan kesesatan. Akal adalah daya ingat yang
mengambil dari yang telah lampau untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Ia
menyimpan, mewadahi, memulai, dan mengulangi semua memori yang ada dalam hafalan.
Akal dapat memahami semua perintah kebajikan dan memahami setiap larangan
mengenai kejahatan.[5]
3. Dimensi Keagamaan
Dalam pandangan islam
manusia sejak lahir telah mempunyai jiwa agama, jiwa yang mengakui adanaya zat
Yang Maha Pencipta yaitu Allah Swt. Jiwa beragama tersebut disebut juga fitrah
beragama. Muhammad Hasan Hamshi[6],
menafsirkan fitrah yaitu bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat
Muhammad Abduh dalam tafsirnya yang berpendapat bahwa agama islam adalah agama
fitrah. Berkaitan dengan sikapa dasar ini, pendidikan islam dirumuskan untuk
membentuk insan muttaqin yang memiliki keseimbangan dalam segala hal
berdasarkan iman yang mantab untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun factor intelegensi yang ada pada peserta didik,
yaitu:
a. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual
adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan
pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yang lain.
Dalam hal ini kecerdasan berhubungan dengan pemecahan masalah dengan
menggunakan strategi dan logika.[7]
Dengan demikian kecerdasan intelektual berhubungan dengan proses kognitif yang
berhubungan dengan berfikir, daya menggabungkan dan menilai dan
mempertimbangkan sesuatu. Kecerdasan pada masing-masing orang berbeda karena
dilatar belakangi oleh perbedaan seseorang dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya dalam pembelajaran.
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional
adalah kecerdasan dalam kemampuan untuk memotivasi diri, bertahan menghadapi
frustasi, mengendalikan dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan, dapat
menjaga suasana hati, berempati dan berdoa.[8]
Golemen menyatakan bahwa cirri-ciri kecerdasan emosional pada dasarnya memiliki
5 aspek kemampuan, yaitu:
1. Kemampuan mengenali
emosi diri,
2. Kemampuan memotivasi
diri,
3. Kemampuan mengenali
emosiorang lain,
4. Kemampuan mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
Ari Gianjar
mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan dengan kecerdasan emosional seperti:
a. Konsisten (istiqomah),
b. Kerendahan hati
(tawadhu’),
c. Berserah dan berusaha
(tawakal),
d. Keseimbangan (tawazun),
e. Ketulusan (ikhlas),
f. Totalitas (kaffah),
g. Integritas dan
penyempurnaan (ihsan).
c. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan dalam menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan orang lain. Adapun cirri-ciri kecerdasan spiritual
adalah sebagai berikut :
1. Bersifat Asertif, sifat
seseorang yang tidak mudah gamang tekanan-tekanan duniawi seseorang tidak takut
ketika berhadapan dengan orang lain.
2. Berusaha mengadakan
inovasi, kecerdasan spiritual juga mendorong untuk selalu mencari
inovasi-inovasi untuk menghasilkan segala sesuatu yang lebih baik dari apa yang
sudah ada saat ini.
3. Berfikir lateral, yakni
pada saat sifat keunggulan yang dimiliki manusia maka ada yang lebih lagi yaitu
Allah Swt.
Adapun beberapa kepribadian peserta didik yaitu kepribadian
kemanusiaan (basyariyah) dan kepribadian kewahyuan (samawi). Adapun kepribadian
kemanusiaan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kepribadian individu,
yang meliputi cirri khas seseorang dalam bentuk sikap dan tingkah laku serta
intelektualyang dimiliki oleh masing-masing individu.
2. Kepribadian ummah, yang
meliputi cirri khas kepribadian muslim sebagai umat, yang meliputi sikap dan
tingkah laku ummah muslim untuk mempertahan identitas tersebut dari pengaruh
luar, baik ideology maupun lainnya. Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat
30:
“kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
agar saling mengenal…” (Q.S. al-Hujurat: 30).
Sedangkan kepribadian samawi (kewahyuan) adalah corak
kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci al-Qur’an.
E. KONSEPSI TENTANG
LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan faktor yang sanagat mendukungakan
proses pendidikan. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan yang
berupa keadaaan sekitar yang mempengaruhi peserta didik. Untuk melaksanakan
pendidikan islam dalam lingkungannya diperlukan faktor-faktor yang ada di
sekitarnya, yaitu:
a. Perbedaan Lingkungan
Keagamaan
Yang dimaksud adalah
lingkungan yang sanagat mempengaruhi polapikir anak dalam masalah agama dan
keyakinan. Lingkungan ini sanagat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya
pendidikan agama, karena lingkungan ini memberikan pengaruh yang positif dan
negatif. Yang dimaksud pengaruh positif adalah pengaruh lingkungan yang
memberikan pengaruh dan motivasi terhadap peserta didik untuk selalu
meningkatkan keimanan, ketaqwaan terhadap Allah Swt, berbuat atau melakukan
segala sesuatu yang baik dan sesuai dengan syariat-syariat agama islam.
Sedangkan pengaruh negatif dari lingkungan terhadap peserta didik yaitu yang
tidak memberikan dorongan terhadap peserta ddik untuk menuju kearah yang baik.
Adapun lingkungan yang
dapat memberikan pengaruh yang baik bagi peserta didik, dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok yaitu:
1. Lingkunganyang acuh tak
acuh terhadap agama,
2. Lingkungan yag
berpegang teguh terhadap tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin, biasanya
lingkungan yang seperti ini menghasilkan anak-anak didik yang beragama secara
tradisionaltanpa kritik, atau dia beragaa secara kebetulan,
3. Lingkungan yang
mempunyai tradisi agamadengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.
Adapun tujuan dari agama adalah menciptakan insan
agama yang bercita-cita, berpikir, beramal untuk hidup akhirat. Sebagai pedoman
bagi manusia tentang perkara yang haq, tentang tugas da kewajiban manusian,
menjauhi yang bathil dan sesat ataupun munkar, yang kesemuanya tlah diwujudkan
dalan syariat-syariat agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak dan norma-norma
yang telah ditetapkan oleh Allah yang tidak akan berubah-ubah menurut selera
nafsu manusia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan islam penuh nilai rihaniah
islami dan berorentasikan pada pribadi muslim yang sanggup melaksanakan syariat
islam melalui pendidikan spiritual menuju ma’rifa kepada Allah Swt.[9]
b. Latar belakang
pengenalan anak tentang keagamaan
Disamping pengaruh
perbedaan lingkungan anak dari kehidupan agama, maka timbul suatu masalah yang
ingin diketahui oleh anak tentang seluk beluk agama. Untuk memecahkan
masalahtersebut perlu diadakannya pendekatan terhadap anak didk untuk
memberikan penjelasan dan membawanya agar anak didik menyadari dan melaksanakan
apa yang diperintahkan dan dilarang oleh agama, serta mengerjakan hal-hal yang
baik dan beramal saleh. Oleh karena itu para pendidik baik orang tua, guru,
ataupun orang-orang yang ada disekitarnya harus dapat membawa anak didik ke
arah kehidupan keagamaan yang sesuai dengan ajaran agama (islam). Oleh karena
itu, tugas para pendidik adalah menyiapkan anak didik agar mencapai tujuan
hidupnya yang utama yaitu menyiapkan diri untuk masa yang akan datang.
F. KONSEPSI ISLAM TENTANG LEMBAGA PENDIDIKAN
Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan,
sesuatu yang memberi bemtuk pada yang lain, badan atau organisasi yang
bertujuan untuk mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan suatu usah.[10]
Secara
terminologi menurut Hasan Langgulung, lembaga pendidikan adalah suatu sistem
peraturan yang bersifat mujarrad, suatu konsepsi yang terdiri dari kode-kode,
norma-norma, ideologi-ideologi, dan sebagainya, baik tertulis ataupun tidak,
termasuk perlengkapan material dan organisasi simbolik: kelompok manusia yang
terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja ataupun tidak,
untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan
tersebut adalah: masjid, sekolah, kuttab, dan sebagainya.[11]
Pada garis besarnya, lembaga-lembaga
pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu;
a. Keluarga
Lembaga pendidikan
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama kali
menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga yang
lainnya. Di dalam keluarga adalah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian
anak didik pada usia dini, karena pada usia dini anak lebih peka terhadap
pengaruh dari pendidiknya (orang tua atau anggota keluarga yang lain). Dalam
hal ini Allah telah berfirman dalam al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamau dari siksa api neraka…” (Q.S at-Tahrim
: 6).
Di sinilah letak
tanggug jawab orang tua untuk mendidik anaknya, karena baik dan buruknya anak tergantung
pada pendidikan yang diberikan oleh orang tua yang kelak akan dimintai
pertanggung jawabannya.
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga
pendidikan yang penting kedua setelah keluarga. Sekolah berfungsi sebagai
pembantu keluarga dalam mendidik anak, sekolah memberikan pendidikan dan
pengajaran terhadap peserta didik agar tahu mengenai apa yang tidak dapat atau
tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di
dalam keluarga.
Tugas guru dan pemimpin
sekolah disamping memberikan ilmu pengetahuan, ketrampilan, juga mendidik anak
beragama. Sehingga guru tidak hanya mendidik peserta didiknya dalam
mengembangkan kecerdasan advektif dan kognitifnya saja, namun kecerdasan
psikomotor juga perlu dikembangkan. Dalam hal ini mereka mengharapkan agaranak
didiknya kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam atau dengan
kata lain berkepribadian muslim. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang
seluruh aspeknya baik tingkah laku, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan
kepercayaan menunjukkan pengabdian terhadap tuhan.
c. Masyarakat
Masyarakat merupakan
kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara,
kebudyaan, dan agama. Setiap masyarakat memiliki cita-cita yang diwujudkan
melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Islam tidak membebaskan
manusia dari tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian
integral sehingga harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
masyarakat. Begitu juga tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan. Berpijak pada tanggung jawab masyarakat diatas, lahirlah
lembaga-lembaga pendidikan islam yang dapat di kelompokkan dalam jenis ini,[12]
yaitu:
1. Masjid, mushallah,
surau (Minangkabau), langgar, dan rangkang (Aceh),
2. Madratsah Diniyah yang
tidak mengikuti ketetapan tertentu,
3. Majlis ta’lim, Taman
Pendidikan al-Qur’an, Taman Pendidikan Seni al-Qur’an, Wirid remaja atau
dewasa,
4. Kursus-kursus
keislaman,
5. Musabaqah tilawah
al-Qur’an, dam lain-lain.
G. KONSEPSI ISLAM
TENTANG ALAT PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah segala
sesuatu atau hal-hal yang bisa menunjang
kelancaran dari proses pelaksanaan pendidikan. Alat pendidikan ini berupa
segala tingkah laku perbuatan (teladan), anjuran atau perintah, larangan, dan
hukuman.
a. Tingkah laku (teladan)
Sebagai pendidik harus
memberikan contoh yang baik agar peserta didik dengan mudah meniru apa yang
dilakukan oleh pendidiknya. Tingkah laku perbuatan Rasulullah Saw. merupaan
suatu contoh yang baik, sebagaimana Allah Swt berfirman dalam suarat al-Ahzab
ayat 21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
tauladan yangbaik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat)
Allah dan (keselamatan) hari kiamat dan banyak menyebut (mengingat) Allah”. (Q.S. al-Ahzab: 21).
b. Anjuran atau perintah
Apabila dalam contoh
perbuatan berupa tingkah laku tersebut anak didikdapat memperhatikan dan
melihat apa yang di lakukan oleh oarang lain (pendidik). Selain memberikan
perintah atau anjuaran, pendidik juga harus sudah terlebih dahulu mencerminkan
apa yang ia perintahkan atau anjurkan. Sehingga anak didik dapat dengan mudah
meniru apa yang dilakukan oleh pendidik.
Di dalam al-Qur’an
banyak di jumpai anjuran atau perintah untuk mngerjakan suatu perbuatan,
diantaranya dalam surat al-Maidah ayat 2yang artinya:
“dan tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan
ketaqwaan…” (Q.S. al-Maidah : 2)
Di samping itu Rasulullah telah bersabda :
“tuntutlah ilmu walaupun sampainegeri Cina”
c. Larangan
Larangan adalah suatu
usaha yang tegas menghentikan perbuatan-perbuatan yang ternyata salah an
merugikan yang bersangkutan. Larangan ini merupakan suatu keharusan agar tidak
melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama, norma, dan nilai-nilai yang sudah
ada. Misalkan larangan untuk mempersekutukan Allah Swt, berlaku sombong, dan
sebagainya. Allah Swt berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 29 yang artinya:
“wahai oarang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan harta sesamamu kecuali dengan jalan perdagangan berdasarkan suka sama
suka antara kamu…” (Q.S an-Nisa’: 29).
Rasulullah Saw.
bersabda yang artinya
“tidaklahmasuk surga orang yang memutuskan hubungan
tali silaturrahmi”.
d. Hukuman
Setelah larangan yang
diberikan ternyata masih ada pelanggaran yang dilakukan maka memberikan hukuman
adalah cara yang bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap pelaku
pelanggaran. Allah Swt berfirman dalam surat al-Mu’min ayat 60 yang artinya:
“sesungguhnya mereka yang menyombongkan dirinya dari
menyembah Aku, akan masuk ke neraka jahannam dengan hina dina” (Q.S. al-Mu’minin: 60).
[1] Prof.
DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002,
Hal. 58
[2] Dra.
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Edisi 1.
Cetakan 6. 2012. Hal. 169
[3] Prof.
DR. H. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2002.
Hal. 59-60
[4]
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2002. Hal. 78
[5] Zakia Daradjat. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Hal. 4
[6] Muhammad Hasan Hamshi. Qur’an
Karim: Tafsiir dan Bayan. (BairutDar Al-Rasyid, t.th), Hal. 407
[7] Danah Zohar dan Lan Marshall, SQ. Spiritual
Intelligence the Ultimate Intellegence. London: Vloomsbury Publishing, Hal.
3
[8] Daniel Golmen. Kecerdasan
Emosional. Terj. T Hermaya. Jakarta: Gramedia, 1999, Cetakan 9. Hal. 45
[9] H. M. Arifin, M. Ed. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2003. Hal. 56-57
[10] Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. 1990. Hal. 572
[11] Hasan Langgulung. Pendidikan
Islam Menghadapi Abad ke-21. Jakarta: Pustaka al-Husna. 1988. Hal. 12-13
[12] Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta:Kalam Mulia. 2002. Hal. 283-284
JackpotCity Casino Resort Hotel Coupons & Promo Codes
BalasHapusCheck out the latest 남양주 출장마사지 JackpotCity Casino Resort Hotel coupon codes, discount codes and 평택 출장샵 promo 전주 출장안마 codes for December, 2021. Use these 2021 promo codes to 여수 출장샵 play 과천 출장안마 and win