“Kekuatan Dahsyat di Balik Simplenya Ayat”
Setiap diri
kita dipenuhi dosa dan kesalahan, bisa berupa
tidak menunaikan kesyukuran, tidak menunaikan perintah-Nya, tidak
meninggalkan larangan-Nya, menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan-Nya,
lalai dari mengingat-Nya, dan sebagainya. Hal tersebut akan membuat sesak dada,
menghilangkan keberkahan hidup, mempersempit rizki, membuat berat menjalankan
ketaatan, menjadi sebab datangnya berbagai kesulitan, dan di akhirat menjadi
sebab kegelapan dan kesengsaraan.
Dalam keadaan yang sedemikian
rupa, kita membutuhkan tempat untuk mengiba, tempat untuk memohon ampunan atas segala salah dan dosa. Tempat
untuk kembali menjadi hamba yang diridho’i. Salah satu cara untuk kembali pada-Nya
adalah dengan mengingat-Nya (berdzikir) dan memperbanyak mendekatkan diri
pada-nya.Carayang paling mudah adalah memperbanyak membaca istighfar. Berikut beberapa penjelasan manfaat yang akan diraih oleh hamba dengan
beristighfar.
1. Istighfar Adalah Sebab Pengampunan Dosa
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا
فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى
مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan orang-orang yang,
apabila berbuat keji atau menganiaya diri sendiri, mengingat Allah lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka. Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa, kecuali
Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali ‘Imran: 135]
Allah Subhanahu
wa Ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا
أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا
رَحِيمًا.
“Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, (tetapi) kemudian memohon ampun
kepada Allah, niscaya ia mendapati bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [An-Nisa`:
110]
2. Meluaskan Rezeki Seorang Hamba
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman menjelaskan seruan Nabi Nuh ‘alaihis
salam kepada kaumnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا.
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ
لَكُمْ أَنْهَارًا.
“Maka saya berkata
(kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian (karena)
sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat
dari langit atas kalian. Dan Dia akan melipatkangandakan harta dan anak-anak
kalian, mengadakan kebun-kebun atas kalian, serta mengadakan sungai-sungai
untuk kalian.” [Nuh: 10-12]
Ayat di atas
menunujukkan bahwa istighfar adalah sebab turunnya rezeki dari langit,
dilapangkannya harta dan keturunan, serta dibukakannya berbagai kebaikan untuk
hamba sehingga, terhadap masalah apapun yang dihadapi oleh seorang hamba, jalan
keluar akan dihamparkan untuknya.
Al-Hafizh Ibnu
Hajar menyebut sebuah atsar dari Al-Hasan Al-Bashry bahwa ada empat
orang yang datang secara terpisah kepada beliau. Mereka mengeluh akan masa
paceklik, kefakiran, kekeringan kebun, dan tidak mempunyai anak. Namun,
terhadap semua keluhan tersebut, beliau hanya menjawab, “Beristighfarlah kepada
Allah,” lalu membacakan ayat di atas.
3. Menghindarkan Hamba dari Siksa Allah dan Musibah
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ اللَّهُ
لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ
يَسْتَغْفِرُونَ.
“Dan Allah tidak akan
menyiksa mereka sedang mereka dalam keadaan beristighfar.” [Al-Anfal: 33]
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman pula menjelaskan sebab terselamatkannya
Nabi Yunus ‘alaihis salam,
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ. لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى
يَوْمِ يُبْعَثُونَ.
“Maka kalau sekiranya
dia tidak termasuk sebagai orang-orang yang banyak bertasbih, niscaya ia akan
tetap tinggal di dalam perut ikan itu sampai hari kebangkitan.” [Ash-Shaffat: 143-144]
Pada ayat lain, Allah Jalla
Jalaluhu menjelaskan bentuk tasbih Nabi Yunus ‘alaihis salam
yang merupakan salah satu makna istighfar, yaitu dalam firman-Nya,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Tiada sembahan (yang
hak), kecuali Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya termasuk ke dalam
golongan orang-orang zhalim.” [Al-Anbiya`:
87]
4. Istighfar Adalah Sebab yang Mendatangkan Rahmat
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.
“Hendaklah kalian memohon
ampunan kepada Allah agar kalian dirahmati.” [An-Naml: 46]
5. Salah Satu Sumber Tambahan Kekuatan dan Kejayaan adalah Istighfar
Allah Subhanahu
wa Ta’ala menjelaskan ucapan Nabi Hud ‘alaihis salam
kepada kaumnya sebagaimana dalam firman-Nya,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا
تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ.
“Wahai kaumku,
beristighfarlah kepada Rabb kalian lalu
bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas
kalian dan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian, serta janganlah kalian
berpaling dengan berbuat dosa.” [Hud: 52]
6. Istighfar Adalah Salah Satu Hal yang Melapangkan Dada Seorang Hamba
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى
قَلْبِيْ وَإِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sesungguhnya, kadang
terdapat sesuatu yang melekat pada hatiku maka saya pun beristighfar kepada
Allah sebanyak seratus kali dalam sehari.”
7. Wajah Orang yang Beristighfar
Dijadikan Berseri dan Berbahagia oleh Allah pada Hari Pertemuan dengan-Nya
Telah shahih bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ تَسُرَّهُ صَحِيْفَتُهُ ، فَلْيُكْثِرْ فِيْهَا مِنَ
الْاِسْتِغْفَارِ
“Barangsiapa yang ingin
bahagia dengan catatan amalnya (pada hari kiamat), hendaklah ia beristighfar
kepada Allah.”
Telah shahih pula bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ
فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا
“Sangat beruntunglah
orang yang menemukan bahwa pada catatan amalnya terdapat banyak istighfar.”
8. Membersihkan Noda Hitam dari Hati Seorang Hamba
Jika seorang hamba
melakukan kesalahan, suatu noda hitam akan tertitik pada hati seorang hamba.
Jika hamba beristighfar, dihapuslah noda itu dan hatinya kembali bersih. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا
أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ
وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى يَعْلُوَ قَلْبَهُ
ذَاكَ الرَّيْنُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ عزَّ وَجَلَّ فِي الْقُرْآنِ كَلَّا بَلْ
رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jika seseorang
melakukan sebuah dosa, dititiklah satu titik hitam pada hatinya. Jika dia
bertaubat, berhenti (melakukan dosa), lalu beristighfar, hatinya akan kembali
bersih. Jika dia mengulangi dosanya, ditambahkanlah titik hitam sampai menutupi
hatinya, dan jika hatinya sudah tertutup, itulah ar-rain ‘penutup hati’ yang Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan dalam
Al-Qur`an, ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya sesuatu yang selalu mereka
usahakan itu menjadi ar-rain terhadap hati-hati mereka.’ [Al-Muthaffifin:
14].”
9. Istighfar Adalah Salah Satu Bekal bagi Seseorang yang
Berdakwah di Jalan Allah
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ
بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ.
“Maka bersabarlah kamu
karena sesungguhnya janji Allah itu benar, serta beristighfarlah terhadap
dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada petang
dan pagi.” [Ghafir: 55]
10. Sebab Terkabulkannya Doa adalah Istighfar
Nabi Shalih ‘alaihis
salam berkata kepada kaumnya sebagaimana yang Allah jelaskan dalam
firman-Nya,
وَإِلَى ثَمُودَ
أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ
غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ.
“Wahai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada sembahan (yang hak) bagi kalian, kecuali
Dia. Dia telah menciptakan kalian dari bumi (tanah) dan menjadikan kalian
sebagai pemakmur (bumi) itu maka beristighfarlah kepada-Nya, kemudian
bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku amatlah
dekat lagi mengabulkan (doa hamba-Nya).” [Hud: 61]
11. Dengan Istighfar, Seorang Hamba Akan Semakin
Mengagungkan dan Membesarkan Rabb-Nya
Telah berlalu
penjelasan keagungan istighfar karena digandengkan dengan tauhid dalam sejumlah
ayat, juga telah berlalu penyebutan nama-nama dan sifat pengampunan Allah.
Tidak diragukan bahwa dua makna tersebut sangatlah menanamkan pengagungan dan
pembesaran dalam hati seorang hamba kepada Rabb-nya.
“Lahawla walaQuwwata
IllaBillahil ‘Aliyyil ‘Adzim”
-Kalimat “laa haula wa laa quwwata illa billah” adalah kalimat yang berisi penyerahan diri dalam
segala urusan kepada Allah Ta’ala. Hamba tidaklah bisa berbuat
apa-apa dan tidak bisa menolak sesuatu, juga tidak bisa memiliki sesuatu selain
kehendak Allah.
-Ada ulama yang
menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada
kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.”
-Ulama
lain menafsirkan, “Tidak ada
usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”
-Ibnu Mas’ud
berkata,
لا حول عن معصية الله إلا بعصمته، ولا قوة
على طاعته إلا بمعونته
“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
-Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan,
“Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17:
26-27)
Manfaat dan kelebihan memperbanyak mengucapkan zikir Laa Hawla wa Laa
Quwwata illa Billaah :
1. Sebagai simpanan kekayaan yang
berlimpah di surga, dan pengaruhnya sangat menakjubkan.
-Dari Abi Musa Al-Asy'ari radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam berkata kepadaku: "Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu
bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam syurga?", Maka aku
menjawab: "Tentu, wahai Rasulullah". Maka beliau menjawab: "Ucapkanlah
لاَحَوْلَ
وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِالله
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
-Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan: Kalimat
لاَحَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ
إِلاَّ بِالله
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
mempunyai
pengaruh yang sangat menakjubkan saat menanggung beban pekerjaan yang sulit dan
keras, atau saat menghadap kepada raja dan orang yang ditakutkan, selain
pengaruhnya yang efektif untuk menolak kemiskinan.
-Hubaib bin Salamah rahimmullah sangat senang saat menghadapi musuh atau mengepung
sebuah benteng memperbanyakkan ucapan
لاَحَوْلَ وَلاَ قوَّةَ
إِلاَّ بِاللهِ
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
Diceritakan
bahawa suatu hari ia mengepung sebuah benteng milik bangsa Romawi sehingga ia
putus asa, lalu tentara kaum mislimin membaca zikir tersebut sambil bertakbir,
akhirnya benteng tersebut hancur.
2. Penawar bagi segala penyakit dan penderitaan
seperti rasa bimbang.
Dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa
yang mengucapkan :-
لاَ حَوْلَ
وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
maka hal itu
sebagai penawar baginya dari sembilan puluh sembilan penyakit dan yang termudah
adalah rasa bimbang"
3. Pencegah bahaya, dan bahaya yang paling rendah
adalah bahaya kemiskinan.
Makhul
rahimahullah berkata: Barangsiapa yang yang mengatakan:
لاَ حَوْلَ
وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
maka akan
lenyap dari dirinya tujuh puluh pintu petaka, yang paling rendah adalah bencana
kemiskinan.
Semoga lisan ini selalu diberi
taufik oleh Allah untuk selalu basah dengan dzikir kepada Allah.
Fadhilat Hauqalah "La Hawla Wala Quwwata Illa Billah"
Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang mengucapkan La
Haula Wala Quwwata illa billahi, maka ia akan menjadi ubat kepada 99 penyakit.
Yang paling ringan adalah kebimbangan”. (Hadis Riwayat Tabrani)
Hadis
ini adalah riwayat at-Tabarani dalam al-Awsath dan al-Hakim yang berbunyi: “Man
Qala La Haula wala Quwwata Illa Billahi Kana dawa’an min tis’atin wa tis’iina
da’in, aisaruha al-Hammu” dan maksudnya adalah seperti di atas.
Intipati
hadis tersebut adalah umat Islam digalakkan untuk tabah dan berusaha merawat
penyakit asalkan mengikut peraturan agama. Penyakit yang dimaksudkan itu
ada terkandung dalam beberapa ayat al-Quran dan hadis Rasulullah SAW.
Daripada
Anas, bahawa Rasulullah SAW berdoa dengan doa: “Allahumma innii ‘auuzhu bika
minal barashi wal junuuni wal-juzaami wa sayyi’il asqaam (yang bermaksud: “Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak, gila,
penyakit kusta dan penyakit-penyakit yang berat).” (Hadis Riwayat Abu Daud)
Begitu
juga hadis riwayat Abu Daud menyebut bahawa Rasulullah SAW berdoa: “Allahuamma
Inni a’uuzu bika minal hammi wal hazan, wa ‘auuzhubika minal ‘ajzhi wal kasal,
wa’auuzhu bika minal Jubni wal-Bukhl, wa’uuzhubika min ghalabatid daini wa
qahrir rijaal (yang bermaksud: “Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu daripada
penyakit gelisah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu daripada penyakit lemah
dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada pengecut dan bakhil dan aku
berlindung kepada-Mu daripada timbunan hutang dan penindasan orang.”
Apa
yang penting pada hadis berkenaan ialah untuk menyatakan kelebihan dan manfaat
besar kepada orang yang banyak menyebut ‘La Haula Wala Quwwata Illa Billah’.
Maksudnya tiada daya dan kekuatan (untuk menolak sesuatu kemudaratan dan
mendatangkan suatu yang manfaat) selain Allah SWT.
Ucapan itu dinamakan Hauqalah. Apabila
kita ditimpa sesuatu yang kita tidak sukai, banyakkan menyebut hauqalah.
Imam a-Nawawi berkata: “La haula wa la quwwata illa billah”, itulah
kalimah yang digunakan untuk menyerah diri dan menyatakan bahawa kita tidak
mempunyai hak untuk memiliki sesuatu urusan. Ia kalimah yang menyatakan bahawa
seseorang hamba tiada mempunyai daya upaya untuk menolak sesuatu kejahatan
(kemudaratan) dan tiada mempunyai daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan
kepada dirinya melainkan dengan kudrat iradat Allah SWT juga.
Dalam sebuah hadis menyebut daripada Abu
Zar, beliau berkata: “Aku berjalan di belakang Rasulullah SAW, lalu Baginda
berkata kepadaku: “Wahai Abu Zar, mahukah aku tunjukkan kepada kamu satu
perbendaharaan daripada beberapa perbendaharaan syurga? Aku berkata: Mahu ya
Rasulullah. Baginda bersabda: “La Haula wala Quwwata illa billah.”
Begitu
juga hadis daripada Abu Musa, beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda
kepadaku: “Mahukah aku tunjukkan salah satu perbendaharaan dari perbendaharaan
syurga? Saya menjawab: “Mahu ya Rasulullah. Kemudian Baginda bersabda: La haula
wala quwwata illa billah.”
Daripada
Ibnu Mas’ud beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Wahai Muaz, adakah kamu
tahu tafsir (maksud) La haula wala quwwata illa billah? Muaz menjawab: Allah
dan rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah SAW bersabda: La haula (tiada daya)
dari menghindari maksiat kepada Allah melainkan dengan kekuatan Allah, wala
quwwata (tiada kekuatan) atas mentaati Allah melainkan dengan pertolongan Allah
SWT. Kemudian Rasulullah SAW menepuk bahu Muaz dan Baginda bersabda: “Demikianlah
yang diberitahu oleh kekasihku Jibril daripada Tuhan.”
Sebenarnya
apabila kita banyak menyebut Allah SWT atau berzikir mengingati-Nya
sebanyak-banyaknya, ia mampu menjadi penyembuh, tetapi sekiranya kita banyak
ingat kepada manusia ia boleh menjadi penyakit.
0 komentar:
Posting Komentar