Ma’had
al-Jami’ah, Minggu, 22 Mei 2016
“Jadi, Dari Manakah Islam Bermula??”
Jadi, dari
manakah islam bermula??
Ya, inilah islam. Ajaran kebahagiaan
ini, nyata bermula dari sebuah kamar. Di sebuah kamar, dimana di sana ada dua
orang insan pecinta terbaik sepanjang zaman. Oleh sebab dua orang insan itulah
islam lahir dengan membentangkan sayap-sayap kedamaian, mereka pupuk dengan
kesetiaan, perjuangan, dan pengrbanan yang tak kan ternilai dengan kepingan
logam. Hingga ia mampu engkau rasakan.
Dua pecinta itu suci dari kepalsuan,
suci dari cinta abal-abalan, suci dari segala bentuk kemunafikan. Cinta mereka,
bahkan jauh membumbung melewati segala apa yang pernah hadir dalam alam
khayalan. Cinta mereka abadi sepanjang zaman, cinta mereka senantiasa
tersisipkan dalam nafas kehidupan, cinta mereka dijadikan inspirasi bagi
seluruh penjuru peradaban.
Cinta yang tumbuh kerana keikhlasan,
cinta yang bersemi kerana eloknya iman, cinta yang mekar kerana silaunya
kepribadian. Cinta yang tiada pernah tersisip setitis kepalsuan. Cinta yang
selalu di pupuk oleh rasa iman, cinta yang dirawat dengan penuh rasa ketaqwaan,
cinta yang selalu dibangun atas rasa kebersamaan. Cinta itu adalah milik
Muhammad Saw. dan bunda Khadijah al-Kubra.
Dari sinilah islam bermula, sepasang
keksih yang telah mengukuhkan, memupuk, dan menyemai islam pada awal permulaan.
Islam didirikan bukan diatas rasa ketamakan, islam bersaing bukan kerana dasar
keserakahan, dan islam tumbuh bukan atas dasar untuk saling menjatuhkan. Namun,
islam tumbuh bermula dari cinta sepasang kekasih yang suci. Dia bermula dari
cinta seorang perempuan hebat yang memberikan pelukan hangat kepada kekasihnya.
Perempuan hebat yang mendukung laju keberhasilan dakwah sang suami tercinta,
perempuan hebat yang senantiasa menjadi pengobat luka disaat sang kekasih dalam
keadaan tak berdaya.
Islam, ajaran kebahagiaa...
Islam, ajaran kelembutan...
Islam, ajaran kasih sayang...
Islam, ajaran kebahagiaan ini, sungguh
telah diawali oleh kalimat syurga miliki bunda Khadijah “aku percaya kepadamu”.
Selanjutnya,kalimat itu membuahkan mantra sakti. Mantra yang telah diucapkan
oleh jutaan lisan di bumi “tiada Tuhan salain Allah, dan Muhammad adalah
utusan-Nya”.
“Yaya_Rosiah_Hayati.”
cinta sejati bukanlah yang selalu mengumbar janji, namun cinta sejati adalah cinta yang dapat membangkitkan semangat sang kekasih dikala ia tergeletak tak berdaya. sama halnya dengan Bunda Khadijah al-Kubra yang menjadi tameng bagi Rasulullah SAW dalam perjalanan dakwah beliau.
BalasHapus