Ma’had al-Jami’ah, 02 Juni 2016
“ENAM HAL YANG MESTI BIKIN GENTAR”
Sayyidina Utsman bin Affan ra, berfatwa: “setiap mukmin semestinya menjalani enam hal
yang menggentarkan, yaitu:
1.
Gentar ke arah Allah bila Dia merenggut
iman tatkala ajal tiba.
Abdullah bin Mas’ud biasakan dirinya berdoa: “Ya
Allah, sungguh-sungguh daku memohon kepada-Mu : keimanan yang tiada pernah
murtad, kenikmatan yang tiada pernah habis, indahnya pandangan yang tiada
pernah berakhir, dan kenikmatan mengiringkan Nabi-Mu (Muhammad SAW) di
surga yang tertinggi”.
Iman seseorang bisa saja
tanggal atau lepas sebab tatapan sekejap saja, pendengaran telinga sekilas, sepatah
kata, dan lain-lain yang ia lakukan.
2.
Gentar ke arah malaikat yang merekam
perbuatan-perbuatan manusia bila rekaman itu mempermalukan dirinya saat di
tampilkan pada hari kiamat.
Pada hari kiamat,segala perbuatan manusia disingkapkan
tanp terkecuali sehingga amat sangat menanggung malu di hadapan Allah SWT dan
semua makhluk. Nabi SAW brsabda: “dipermalukan
di dunia lebih ringan ketimbang di permalukan di akhirat”. (Diriwayatkan
oleh Imam at-Tabrani dari al-Fadlal).
Imam Nawawi berfatwa: “aib di dunia (bisa saja di selubungi) itu
lebih ringan ketimbang aib yang ia tanggung nanti di hari kiamat (pasti di
gelar dan tersiar) hingga ia sangat malu”.
3.
Gentar ke arah setan laknatullah yang
selalu berusaha untuk mengurungkan atau membatalkan amal orang-orang yang
shalih.
4.
Gentar ke arah malaikat pencabut nyawa
bila mencabut nyawa tanpa gejala awal, datangnya ajal dengan mendadak sementara
diri tengah lalai dari Allah SWT.
Ada sebuah kisah yang patut kita jadikan tauladan
dalam mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan malaikat maut. Al-Hallaj
(Husain bin Mansur al-Hallaj: 858 – 921 M). Syaikh Suhrawardi (w. 1191 M).
Masing-masing di jatuhi hukuman mati dan menjalankannya dengan ikhlas. Menjelang
hukuman matinya, Syaikh Suhrwardi mengerjakan shalat sunnah lalu (sesuai dengan
permintaannya) ia di hukum pancung ketika sedang bersujud. Sungguh akhir hayat yang bagus (Khusnul
Khotimah). Beliau meninggal dunia dalam keadaan diselimuti keimanan terhadap
Allah SWT. Yang menjadi pelajaran disini adalah “dalam situasi dan kondisi
apapun kita di tuntut untuk selalu mengingat Allah SWT karena kita tidak tahu
kapan malaikat mautakan datang menjemput. Oleh karena itu, maka marilah kita
rapikan iman, perbaiki diri dengan eloknya amal perbuatan, dan teguhkan hati
hanya pada Allah semata.
5.
Gentar ke arah dunia (harta, urusan, dan
kesibukannya, kenikmatan dunia) yang melenakan diri dan melalaikan urusan
akhirat.
Tatkala memperoleh nikmat dari Allah SWT, maka kita
jadikan nikmat tersebut sebagai lantaran pendekatan diri kita kepada-Nya. Janganlah
nikmat yang Allah karuniakan menjadikan kita lupa, lalai kewajiban kita sebagai
hamba-Nya apalagi sampai melenakan kita dari urusan akhirat.
6.
Gentar ke arah istri, anak, atau
tanggungan lain bila menyibukkan dirinya sedemikian rupa sehingga melalaikan
kewajibannya kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar